Jumat, 20 Agustus 2021

Remember When

 

When you are old and grey

and full of thought, laying on the bed,

take down the book and slowly read.

Then a glance of memories come to your mind,

remind you of the glorious days.

 

Remember when

you were whining school boy

with your satchel and gloomy face, grudgingly to school.

Instead, you had a big dream,

wanted to be everything great and fantastic

as it nestles seeds of perfection

in your heart.

 

Remember when you old enough to know

what is love?

Sending romantic words to the special one.

Singing, reading a poem,

shameless to express your heart.

 

Remember when

you bored with love circumstances.

Started to realize of truth.

The truth of importance of dream,

instead of love…

At the moment you pathetically aware

that reaching dream ain’t easy as you imagine.

 

Then, for a moment you close your eyes

and smile,

as you remember what happen few years later.

 

Proudly sitting under the Eiffle,

sparkling smile seen on your face.

While the entire stars rolling through the sky,

celebrating your success.

Contemplating all the efforts you struggle in to

get to this point.

Seeking knowledge, learning the marrow of life,

and even finding your true love.

‘Till the time comes to say goodbye to

this place whose beauty can’t be

written in words.

 

Time by time passes.

All the nitty-gritty of life

you’ve been through.

Eventually you close your pages of life,

peacefully, gratefully

for the blessings and favors given to

living this beautiful life.

Rabu, 07 Juli 2021

Review Video Documenter "China Rising, Europe Reluctant - Can America Lead Again?"









           

             Sebelum membaca artikel ini, kami sarankan agar kalian menonton terlebih dahulu video dokumenter yang dimaksud. Silahkan klik di sini untuk menonton video.

“A shared future for mankind”. Slogan yang digaungkan oleh Xi Jinping, presiden China ini tampaknya cukup jelas menggambarkan ambisi China untuk menggantikan Amerika sebagai negara Adidaya. Amerika yang sadar akan hal ini tentu saja harus merasa khawatir. Di lain sisi Amerika bingung untuk mempertahankan prioritas yang lama atau segera menggantinya. Salah satunya adalah perihal Timur-Tengah. Sudah banyak sumber daya yang mereka keluarkan demi menguasai di Timur-Tengah. Relakah mereka melepasnya begitu saja? Sementara saat ini, China rise is much more about than military in Asia. It presents all aspects.

Bagaimana dengan peran Eropa dalam hal ini? Bukan rahasia lagi bagi masyarakat internasional bahwa Amerika memiliki hubungan erat dengan Eropa. Salah satu contoh yang paling jelas adalah NATO. Pesatnya perkembangan China dalam segala aspek membuat Amerika mengajak sekutunya, Eropa, ikut menyatukan kekuatan demi mengalahkan China. Namun, Eropa sendiri tampak bimbang untuk memilih antara dua kubu tersebut. Hal ini sangat jelas terlihat dari pidato konselor Jerman, Angela Merkel yang mengatakan, “I believe that it is very important for the European Union to have its own China policy, which of course will have in common with the United States that we build on the same values”. Demikian juga yang dikatakan oleh presiden Prancis, Emmanuel Macron, “Our goal is very clearly to be able to make our own choices and not be in alignment with anybody else”.Eropa mengatakan bahwa mereka tidak ingin lagi bergantung pada pihak lain, tapi apakah realitanya benar demikian? Faktanya dalam hal ekonomi, European economy highly depent on Chinese market. Demikian pula dalam hal keamanan, Eropa bergantung pada Amerika. Entah pihak mana yang akan Eropa dukung, tentunya Eropa harus memilih dengan bijak, karena keputusan mereka akan sangat berpengaruh pada masa depan mereka mendatang.

Dapatkah Amerika kembali memimpin? Sejak inagurasi presiden, Joe Biden sebagai presiden yang baru selalu mengatakan dalam pidatonya bahwa “America is back”. Benarkah demikian? Faktanya, dalam Amerika sendiri mereka sedang bejuang menyelesaikan perang domestic yang bukan hanya sangat perpengaruh pada perpolitikan negara tetapi juga pada kebijakan Amerika, baik domestic maupun luar negeri. Jika Amerika benar-benar ingin kembali bangkit, saya rasa Amerika harus terlebih dahulu membenahi kekacauan internal dan mengembalikan kepercayaan masyarakatnya terhadap pemerintah yang mulai hilang pada kepemimpinan sebelumnya. Jika hal itu bisa terpenuhi barulah Amerika bisa dengan rasa percaya diri melakukan upaya-upaya yang signifikan untuk kembali memimpin dunia.

Kamis, 01 Juli 2021

The Seven Ages of Man by William Shakespeare, Penjelasan Singkat Tahap Kehidupan Manusia


All the world's a stage,
and all the men and women merely players;
They have their exsist and their entrances;
And one man in his time plays many parts,
his acts being seven ages.

At first The Infant,
mewling and puking in the nure's arms;
Then the whining School Boy,
with his satchel
and shining morning face, creeping like snail
unwillingly to school.

And then The Lover,
sighing like furnace, with a woeful ballad
Made to his mitress' eyebrows.

Then a Soldier,
full of strange oaths, and bearded like the pard.
Jealous in honour, sudden and quick in quarrel,
seeking the bubble reputation
even in the cannon's mouth.

And then The Justice,
in fair round belly with good capon lined,
with eye severe and beard of formal cut.
Full of wise saws and modren instances,
and so he plays his part.

The sixth age shifts
into the lean and slippered pantaloon,
with spectacles on nose and ponch on side;
His youthful hose, well saved, a world too wide
for his shrunk shank; and his big manly voice.
Turning again toward childish treble,
pipes and whistles in his sound.

Last Scene of all,
that ands this strange eventful history,
is second childishness and mere ablivion;
sans teeth, sans eyes, sans taste,
Sans Everything.

Penjelasan Singkat

            Sang penyair membandingkan dunia dengan panggung di teater dengan pria dan wanita sebagai pemain/tokohnya. Setiap pemain memiliki pintu keluar dan pintu masuknya sendiri. Demikian pula, pria dan wanita memasuki dunia saat lahir dan keluar dari dunia menjelang kematiannya. Dari lahir hingga mati, manusia memainkan peran mereka yang berbeda-beda. Dalam puisi ini sang penyair membaginya menjadi tujuh peran.

            Kelahiran seorang anak adalah babak pertama dari drama kehidupan manusia. Bayi yang laihir, kemudian menangis dan muntah di pelukan perawat. Selanjutnya bayi itu akan melalui masa-masa dimana dia akan berangkat ke sekolah. Dengan wajah yang bersinar dan membawa sekantong buku. Dia pergi ke sekolah dengan enggan, merayap seperti siput. Ini adalah peran kedua dalam kehidupan. Peran ketiga adalah sebagai remaja yang mabuk cinta. Seorang remaja yang menyanyikan beberapa lagu memuji keindahan kekasihnya.

            Tahap keempat adalah seorang prajurit. Dia memiliki janggut yang berwibawa. Dengan sifat cepat marah jika diusik kehormatannya. Mencari reputasi bahkan dengan mempertaruhkan nyawanya. Tak takut mati dan bahaya saat berjuang untuk reputasi. Namun, reputasinya tidak akan bertahan lama, rapuh layaknya gelembung.

            Kemudian datanglah usia paruh baya. Tahap kelima adalah tahap kebijaksanaan. Ia gemuk dengan perut yang bulat dan berdaging terlalu banyak makan. Dia memiliki janggut dengan potongan formal. Tatapan matanya kini terlihat tajam. Menjadi ketat dan hati-hati dalam perilakunya. Mengakatan banyak hal dan memberi contoh untuk mendukung argumen kebijaksanaannya.

            Usia keenam membawa seseorang ke usia tua. Manusia menjadi lemah dalam kesehatan dan kurus tubuhnya. Dia memakai sandal, kacamata dan pakaian masa mudanya. Pakaian yang terlalu longgar untuk posturnya yang kecil dan kurus. Suaranya menjadi tidak jantan lagi. Cadel seperti anak kecil  karena gigi yang ompong.

            Peran terakhir adalah orang yang sangat tua. Pada tahapan ini dia tidak berdaya seperti bayi. Dia ompong, sulit mendengar, lemah dalam penglihatan dan pelupa. Bahkan dia kehilangan kendali atas semua indranya. Menunggu waktu hingga berangkat dan istirahat dari segala tengek bengek kehidupan.

Selasa, 22 Juni 2021

REVIEW FILM LUCA (2021)

 Judul                : Luca

Tanggal Rilis     : 18 Juni 2021

Sutradara           : Enrico Casarosa

Genre                 : Animasi / Komedi / Adventure

Aktor / Artis      : Jacob Tremblay (Luca), Jack Dylan Grazer (Alberto), Emma Berman (Giulia)

Pengantar

               Luca Paguro adalah seorang monster laut muda pemalu yang tinggal dekat pesisir kota Portorosso, Italia. Suatu hari Luca bertemu dengan Alberto Scorfano, sorang monster muda lain yang pemberani. Hidupnya pun berubah drastis ketika Alberto mengajaknya naik ke permukaan untuk berpetualang. 

    Kisah ini terinspirasi dari masa kecil sang sutradara di Genoa, Italia, dengan karakter utama (Luca dan Alberto) berdasarkan dia sendiri bersama sahabatnya, Alberto Surace.

   Film yang berlatarkan Italia 1995 ini memvisualisasikan kepada kita kisah keluarga dan persahabatan yang penuh warna, bukan hanya antar manusia tetapi juga monster laut. Kisah mereka pun ditutup dengan akhir yang memuaskan dan mengharukan para penonton.

Alur Singkat

        Di awal film kita akan melihat bahwa Luca terus menerus diperingati oleh orangtuanya untuk tidak naik ke permukaan dengan alasan Manusia akan membunuhnya jika tertangkap. Hingga akhirnya orangtua Luca mengancam akan mengasingkan Luca jika tetap memaksa untuk naik ke permukaan. Dengan rasa marah dan takut, Luca pergi dari rumahnya dan tinggal bersama Alberto.

            Takut bahwa orangtua Luca akan menemukan mereka, mereka pun nekat untuk pergi ke sebuah kota di pesisir laut Italia, Portorosso. Di sanalah mereka bertemu dengan Giulia, seorang anak perempuan yang cerdas dan unik. Saat itulah petualangan mereka dimulai.

Ulasan Pribadi

            Karena ini merupakan film animasi, saya rasa akting dari para aktor/artis tidak terlalu menonjol. Tetapi dari segi penghayatan, mereka sangat memukau. Walaupun hanya suara mereka yang terdengar, mereka dapat menyesuaikan diri dengan adegan-adegan yang ditampilkan di film. Hal ini membuat suasanya film lebih hidup dan terasa nyata bagi yang menonton. Bahkan tidak sedikit dari nitizen media sosial yang berkomentar bahwa mereka sangat ingin bisa merasakan suasana Italia tahun 1995 seperti yang digambarkan pada film ini.

            Selanjutnya, dapat kita lihat pada beberapa momen Alberto merasa cemburu pada Giulia karena lebih sering bermain bersama Luca. Beberapa orang berpendapat bahwa ini merupakan doktrin LGBT yang disisipkan pada film ini. Tetapi menurut saya sendiri, merupakan hal yang lumrah bagi anak-anak seumuran mereka merasa cemburu jika teman dekatnya tiba-tiba dekat dengan orang lain yang baru mereka temui. Di lain sisi, film ini juga lebih diperuntukkan untuk anak-anak dan sebagai film ringan untuk di tonton bersama keluarga.  Rasanya agak berlebihan jika kita menyimpulkan bahwa doktrin seperti itu disisipkan pada film seperti ini.

Penutup

            "Ringan tapi diliputi kegembiraan yang menular, Luca yang mempesona membuktikan Pixar dapat memainkannya dengan aman sambil tetap memesona penonton dari segala usia.". Tanpa berpanjang lebar, saya rasa kutipan dari Metacritic (situs web yang mengumpulkan ulasan film, acara TV, album musik, video game, dan buku) ini cukup untuk menggambarkan seluruh nuansa film yang mempesona ini.