Kamis, 01 Juli 2021

The Seven Ages of Man by William Shakespeare, Penjelasan Singkat Tahap Kehidupan Manusia


All the world's a stage,
and all the men and women merely players;
They have their exsist and their entrances;
And one man in his time plays many parts,
his acts being seven ages.

At first The Infant,
mewling and puking in the nure's arms;
Then the whining School Boy,
with his satchel
and shining morning face, creeping like snail
unwillingly to school.

And then The Lover,
sighing like furnace, with a woeful ballad
Made to his mitress' eyebrows.

Then a Soldier,
full of strange oaths, and bearded like the pard.
Jealous in honour, sudden and quick in quarrel,
seeking the bubble reputation
even in the cannon's mouth.

And then The Justice,
in fair round belly with good capon lined,
with eye severe and beard of formal cut.
Full of wise saws and modren instances,
and so he plays his part.

The sixth age shifts
into the lean and slippered pantaloon,
with spectacles on nose and ponch on side;
His youthful hose, well saved, a world too wide
for his shrunk shank; and his big manly voice.
Turning again toward childish treble,
pipes and whistles in his sound.

Last Scene of all,
that ands this strange eventful history,
is second childishness and mere ablivion;
sans teeth, sans eyes, sans taste,
Sans Everything.

Penjelasan Singkat

            Sang penyair membandingkan dunia dengan panggung di teater dengan pria dan wanita sebagai pemain/tokohnya. Setiap pemain memiliki pintu keluar dan pintu masuknya sendiri. Demikian pula, pria dan wanita memasuki dunia saat lahir dan keluar dari dunia menjelang kematiannya. Dari lahir hingga mati, manusia memainkan peran mereka yang berbeda-beda. Dalam puisi ini sang penyair membaginya menjadi tujuh peran.

            Kelahiran seorang anak adalah babak pertama dari drama kehidupan manusia. Bayi yang laihir, kemudian menangis dan muntah di pelukan perawat. Selanjutnya bayi itu akan melalui masa-masa dimana dia akan berangkat ke sekolah. Dengan wajah yang bersinar dan membawa sekantong buku. Dia pergi ke sekolah dengan enggan, merayap seperti siput. Ini adalah peran kedua dalam kehidupan. Peran ketiga adalah sebagai remaja yang mabuk cinta. Seorang remaja yang menyanyikan beberapa lagu memuji keindahan kekasihnya.

            Tahap keempat adalah seorang prajurit. Dia memiliki janggut yang berwibawa. Dengan sifat cepat marah jika diusik kehormatannya. Mencari reputasi bahkan dengan mempertaruhkan nyawanya. Tak takut mati dan bahaya saat berjuang untuk reputasi. Namun, reputasinya tidak akan bertahan lama, rapuh layaknya gelembung.

            Kemudian datanglah usia paruh baya. Tahap kelima adalah tahap kebijaksanaan. Ia gemuk dengan perut yang bulat dan berdaging terlalu banyak makan. Dia memiliki janggut dengan potongan formal. Tatapan matanya kini terlihat tajam. Menjadi ketat dan hati-hati dalam perilakunya. Mengakatan banyak hal dan memberi contoh untuk mendukung argumen kebijaksanaannya.

            Usia keenam membawa seseorang ke usia tua. Manusia menjadi lemah dalam kesehatan dan kurus tubuhnya. Dia memakai sandal, kacamata dan pakaian masa mudanya. Pakaian yang terlalu longgar untuk posturnya yang kecil dan kurus. Suaranya menjadi tidak jantan lagi. Cadel seperti anak kecil  karena gigi yang ompong.

            Peran terakhir adalah orang yang sangat tua. Pada tahapan ini dia tidak berdaya seperti bayi. Dia ompong, sulit mendengar, lemah dalam penglihatan dan pelupa. Bahkan dia kehilangan kendali atas semua indranya. Menunggu waktu hingga berangkat dan istirahat dari segala tengek bengek kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar